Alkisah, hiduplah seorang guru sufi yang amat bijaksana. Ia mempunyai ilmu yang amat banyak, yang dengan ilmunya itu, ia semakin mendekatkan diri kepada Allah sehingga akhirnya ia dipilih oleh Allah menjadi salah seorang wali-Nya. Disamping itu, ia pun banyak mengamalkan ilmunya kepada murid-muridnya. Semakin hari, jumlah muridnya pun semakin banyak. Diantara salah seorang muridnya itu, adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga kaya. Ia masih muda dan belum matang kepribadiannya. Tetapi ia mau belajar agar dapat menjadi orang yang berguna seperti gurunya. Suatu hari, sang guru mengajak muridnya yang masih muda itu pergi ke pasar untuk mendapat pelajaran dari sana. Karena sang guru—dan kita pun juga tentunya—tahu bahwa ilmu itu bisa datang darimanapun juga, bahkan dari seekor lalat yang sangat kecil sekalipun. Sesampainya dipasar, mereka berdua melihat seorang pengemis yang terlihat sangat tua. Pakaiannya sangat lusuh, kulitnya hitam terbakar sinar matahari, tubuhnya sangat kurus, hanya tinggal tulang berbalut kulitlah yang ada. Sang guru menatap muridnya yang sedang melihat si pengemis tua itu. Si murid merasa sangat iba kepada pengemis itu. Sang guru pun bertanya kepada muridnya, " Kau sedang melihatnya kan? Pengemis itu? Mungkin dulu tubuhnya sangat kekar dan kuat, tetapi lihatlah sekarang. Mungkin dulu ia adalah orang yang memiliki segalanya, tetapi lihatlah sekarang. Begitulah manusia. Kelak bila Allah menghendaki kau berumur panjang, kau pun akan setua dia. Dan kelak ketika Allah mengambil hartamu darimu, kau pun akan seperti dia. Tetapi jangan takut! Karena kesedihan bukanlah berasal dari situ." Si murid, yang mendengarkan nasihat gurunya— tetapi masih menatap kepada pengemis itu—berpikir sejenak. Terus terang ia belum mengerti perkataan sang guru. Karena kesedihan bukanlah berasal dari situ? Apa maksudnya? Tetapi ia tidak bertanya kepada sang guru. Ia sudah cukup lama menjadi murid, dan karenanya ia pun sudah cukup tahu sifat gurunya itu. Ia tahu persis bahwa sang guru tidak pernah mau menyuapinya. Mungkin sejak dulu, sang guru itu telah mengenal sistem KBK (kurikulum berbasis kompetensi) yang mengharuskan si murid mencari sendiri apa yang ingin dia ketahui. Dan memang seharusnya begitulah seorang guru yang bijaksana. Sang murid yang masih bingung pun terdiam. Gurunya yang sangat bijaksana itu tentu tahu apa yang sedang dipikirkan oleh muridnya itu. Di tengah kegalauan sang murid yang masih terdiam, sang guru kembali berbicara, " Tanyalah sendiri padanya, kelak kau akan tahu maksud dari perkataanku. Berilah dia sebagian dari uang yang kau miliki, karena semakin engkau sedikit dibebani oleh rasa memiliki, semakin sedikit pula beban nafsumu yang minta dipenuhi." Si murid menuruti nasihat gurunya. Ia mendekati pengemis itu dan memberikan uangnya. Tetapi si murid ragu untuk bertanya kepada pengemis itu. Dengan kekuasaan Allah, si pengemis yang ternyata juga seorang wali, dapat mengetahui isi hati murid tersebut. Dan Allah Yang Maha Pengasih berkehendak menjawab pertanyaan sang murid melalui pengemis itu. Tanpa ditanya, si pengemis berkata, " Janganlah kau merasa kasihan kepadaku, tetapi kasihanlah kepada dirimu sendiri. Aku mungkin tua dan hampir mati, tapi aku tidak takut, aku punya Allah Yang Maha Kekal dan tidak musnah. Aku mungkin tidak mempunyai apa-apa, tapi aku mempunyai Allah Yang Maha Kaya. Aku mungkin bodoh, tapi aku mempunyai Allah Yang Maha Pandai. Aku mungkin jelek, tapi aku mempunyai Allah Yang Maha Indah. Dan aku merasa amat sangat bahagia karena Allah. Jadi, mengapakah kau merasa kasihan kepadaku? Sedangkan dirimulah yang seharusnya lebih dikasihani. " Si murid pun serta merta sadar apa maksud gurunya. Ia pun banyak beristighfar, dan mengucap puji serta syukur kepada Allah. Sekarang, sang murid yang berasal dari keluarga kaya, memiliki uang dan berpakaian bagus, merasa jauh lebih miskin dan kasihan daripada sang pengemis yang tidak memiliki apa-apa selain Allah. Dan memang begitulah seharusnya, karena kebahagiaan sejati bukanlah berasal dari situ. Pasted from <file:///F:\Siapa%20takut.doc>
Saat Para Calon Wali Kota Yogya Bicara Komitmen Antikorupsi di Debat
Pamungkas - juandry blog
-
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
Saat Para Calon Wali Kota Yogya Bicara Komitmen Antikorupsi di Debat
Pamungkas
Nov 22nd 2024, 22:21, by Andreas Ric...
1 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar